MAKALAH
TEORI BELAJAR NATIVISME
Diajukan
untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Belajar Bahasa
Dosen : Elin
Rosmaya S.Pd., M.Pd
Nama
anggota :
1. Dede Dian Sari 2A
2. Ismi Izzati 2A
3. Khikmatul Maola 2A
4. Rizky Safe’i 2A
PENDIDIKAN BAHASA DAN
SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SWADAYA
GUNUNG JATI
2014
KATA PENGANTAR
Puji
syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
kepada penyusun, sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “Teori Belajar Nativisme”.
Dan tak lupa pula sholawat berserta salam penyusun sanjungkan kepada pahlawan
refolusi islam yakni nabi Muhammad SAW, yang telah membawa umatnya dari zaman
kebodohan menuju zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Pada
makalah ini menjelaskan bahwa aliran nativisme ini berpandangan bahwa perkembangan
individu ditentukan oleh faktor bawaan sejak lahir. Oleh karena itu, hasil
pendidikan ditentukan oleh bakat yang dibawa sejak lahir. Dengan demikian,
menurut aliran ini, keberhasilan belajar ditentukan oleh individu itu sendiri.
Pendidikan anak yang tidak sesuai dengan bakat yang dibawa tidak akan berguna
bagi perkembangan anak itu sendiri.
Penulis
berharap semoga makalah ini bermanfaat untuk para pembaca, dengan harapan para
pembaca dapat menambah wawasannya mengenai teori belajar nativisme yang dapat
dipraktekan pada anak atau peserta didik.
Cirebon, 14 Oktober 2014
Penyusun
DAFTAR
ISI
Kata pengantar........................................................................................................ i
Daftar isi................................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................... iii
1.1 Latar belakang................................................................................................... iii
1.2 Rumusan masalah.............................................................................................. iv
1.3 Tujuan penulisan............................................................................................... iv
1.4 Manfaat penulisan............................................................................................. iv
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................... 1
2.1 Pengertian Teori Nativistik............................................................................... 1
2.2.
Sejarah Teori Nativistik................................................................................... 2
2.3 Kelebihan dan Kekurangan Teori
Nativistik.................................................. 4
2.4 Bentuk-bentuk Implementasi
dalam Pembelajaran....................................... 5
2.5 Pengaruh dan Konsep Teori
Nativisme dalam Praktek Pendidikan............ 6
BAB III PENUTUP................................................................................................. 9
Kesimpulan............................................................................................................... 9
Saran......................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 10
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Aliran
Nativisme adalah aliran yang lebih menekankan kemampuan dalam diri anak,
sehingga faktor lingkungan dianggap kurang berpengaruh terhadap perkembangan
anak. Tokoh aliran Nativisme adalah Schopenhaur (filsuf Jerman 1788-1860)
berpendapat bahwa bayi lahir itu sudah dengan bawaan baik dan buruk. Istilah
Nativisme dari asal kata natie yang artinya adalah terlahir. Bagi nativisme,
lingkungan sekitar tidak ada artinya sebab lingkungan tidak akan berdaya dalam
mempengaruhi perkembangan anak. Aliran ini berpandangan bahwa perkembangan
individu ditentukan oleh faktor bawaan sejak lahir. Oleh karena itu, hasil
pendidikan ditentukan oleh bakat yang dibawa sejak lahir. Dengan demikian,
menurut aliran ini, keberhasilan belajar ditentukan oleh individu itu sendiri.
Pendidikan anak yang tidak sesuai dengan bakat yang dibawa tidak akan berguna
bagi perkembangan anak itu sendiri.
Tetapi
pembawaan bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan perkembangan, masih
banyak faktor lain yang mampengaruhinya. Pandangan konvergensi akan memberikan
penjelasan tentang kedua faktor yaitu pambawaan (hereditas) dan dan lingkungan
dalam perkembangan anak. Terdapat suatu pokok pendapat aliran nativisme yang
berpengaruh luas yakni bahwa dalam diri individu terdapat suatu “inti“ pribadi
(G.Leibnitz;Monad) yang mendorong manusia untuk mewujudkan diri, menentukan
pilihan kemauan sendiri, dan menempatkan manusia sebagai makhluk aktif yang
mempunyai kemauan bebas. Pandanga-pandangan tersebut tampak antara lain
humanistic psychologi (Carl R.Rogers) ataupun phenomenologi/ humanistik
lainnya.
1.2
Rumusan masalah
Dari latar belakang permasalahan tersebut, dappat dirumuskan beberapa rumusan masalah, yaitu:
1. Apakah pengertian Teori Nativistik itu?
2. Bagaimana sejarah Teori Nativistik?
3. Apa sajakah kelebihan dan kekurangan Teori Nativistik?
4. Apa saja bentuk-bentuk implementasinya dalam proses pembelajaran?
1.3 Tujuan penulisan
Dari latar belakang permasalahan tersebut, dappat dirumuskan beberapa rumusan masalah, yaitu:
1. Apakah pengertian Teori Nativistik itu?
2. Bagaimana sejarah Teori Nativistik?
3. Apa sajakah kelebihan dan kekurangan Teori Nativistik?
4. Apa saja bentuk-bentuk implementasinya dalam proses pembelajaran?
1.3 Tujuan penulisan
Berdasarkan
rumusan masalah diatas, maka makalah ini bertujuan untuk :
1.
Mengetahui pengertian Teori Nativistik
2.
Mengetahui sejarah Teori Nativistik
3.
Mengetahui kelebihan dan kekurangan Teori Nativistik
4.Mengetahui
bentuk-bentuk implementasi Teori Nativistik dalam proses pembelajaran.
1.4 Manfaat penulisan
1.4 Manfaat penulisan
Berdasarkan
paparan diatas maka manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah
1. Bagi masyarakat umum makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan bacaan untuk memberi informasi tentang bagaimana Teori pemerolehan bahasa Nativistik dan bentuk-bentuk implementasi dalam proses pembelajaran.
1. Bagi masyarakat umum makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan bacaan untuk memberi informasi tentang bagaimana Teori pemerolehan bahasa Nativistik dan bentuk-bentuk implementasi dalam proses pembelajaran.
2.
Bagi mahasiswa khususnya calon pendidik, makalah ini dapat dijadikan sebagai
referensi dalam mempelajari Teori Nativistik dan bentuk-bentuk implementasi
dalam proses
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Teori Nativistik
Nativisme
berasal dari kata Nativus yang berarti kelahiran. Teori ini muncul dari
filsafat nativisma (terlahir) sebagai suatu bentuk dari filsafat idealisme dan
menghasilkan suatu pandangan bahwa perkembangan anak ditentukan oleh hereditas,
pembawaan sejak lahir, dan faktor alam yang kodrati. Pelopor aliran ini adalah
Arthur Schopenhauer seorang filosof Jerman yang hidup tahun 1788-1880 dan Noam
Chomsky pada awal tahun 1960.
Teori nativisme
terbentuk sebagai bantahan terhadap teori behavioris.Nativisme berpendapat
bahwa dalam proses pemerolehan bahasa pertama, anak perlahan menggunakan
kemampuan lingualnya yang telah terprogram secara genetis. Sehingga menurut
para pakar teori ini, lingkungan tidak mempunyai pengaruh dalam proses
pemerolehan bahasa. Chomsky mengatakan bahwa bahasa terlalu kompleks untuk
dipelajari dalam waktu dekat melalui metode imitation. Sehingga ia menegaskan
bahwa bahasa hanya dapat dikuasai oleh manusia, karena:
1) Perilaku berbahasa adalah
sesuatu yang diturunkan (genetik), pola perkembangan bahasa berlaku universal,
dan lingkungannya hanya memiliki peran kecil dalam proses pematangan bahasa.
2) Bahasa dapat dikuasai dalam
waktu singkat, tidak bergantung pada lamanya latihan seperti pendapat kaum
behaviorisme.
Melalui teori
ini Arthur Schopenhauer juga menegaskan bahwasannya yang buruk akan menjadi
buruk dan yang baik akan menjadi baik tanpa terpengaruh lingkungan yang ada.
Salah satu kontribusi praktis dari teori-teori nativis ini adalah tentang sistem bahasa anak-anak bekerja. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa bahasa anak-anak pada tingkatan manapun adalah suatu sistem yang diakui. Perkembangan linguistik anak-anak bukanlah proses semakin berkurangnya struktur-struktur yang tidak tepat bukan sebuah bahasa dimana tahap sebelumnya mengandung lebih banyak kekeliruan ketimbang tahap selanjutnya. Justru, bahasa anak-anak disetiap tahap adalah sistematis, dalam arti anak-anak secara bertahap membentuk hipotesis-hipotesis itu dalam percakapan. Ketika bahasa mereka berkembang maka hipotesis-hipotesis tersebut direvisi terus menerus, dibentuk ulang atau ditinggalkan.
Salah satu kontribusi praktis dari teori-teori nativis ini adalah tentang sistem bahasa anak-anak bekerja. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa bahasa anak-anak pada tingkatan manapun adalah suatu sistem yang diakui. Perkembangan linguistik anak-anak bukanlah proses semakin berkurangnya struktur-struktur yang tidak tepat bukan sebuah bahasa dimana tahap sebelumnya mengandung lebih banyak kekeliruan ketimbang tahap selanjutnya. Justru, bahasa anak-anak disetiap tahap adalah sistematis, dalam arti anak-anak secara bertahap membentuk hipotesis-hipotesis itu dalam percakapan. Ketika bahasa mereka berkembang maka hipotesis-hipotesis tersebut direvisi terus menerus, dibentuk ulang atau ditinggalkan.
2.2.
Sejarah Teori Nativistik
Dalam teori ini
dinyatakan bahwa perkembangan dan kemampuan berbahasa merupakan pembawaan sejak
lahir/bakat. Teori ini muncul dari filsafat nativisme (terlahir) sebagai suatu
bentuk dari filsafat idealisme dan menghasilkan suatu pandangan bahwa
perkembangan dan pemerolehan bahasa anak ditentukan dan diperolah oleh
hereditas, pembawaan sejak lahir, dan factor alam yang kodrati.
Teori ini
dipelopori oleh filosof Jerman Arthur Schopenhauer (1788-1860) yang beranggapan
bahwa factor pembawaan yang bersifat kodrati tidak dapat diubah oleh alam
sekitar atau pendidikan. Dengan tegas Arthur Schaupenhaur menyatakan yang jahat
akan menjadi jahat dan yang baik akan menjadi baik. Teori ini sebagai lawan
dari teori behavioristik yaitu .kemampuan berbahasa seorang anak diperoleh dari
lingkungan yang membentuk seorang anak tersebut. Teori ini memberikan dasar bahwa
suatu keberhasilan TIDAK ditentukan oleh factor pendidikan dan lingkungan yang
ada pada anak tersebut Kemampuan berbahasa ditentukan oleh anak itu sendiri.
Lingkungan sekitar tidak ada, artinya sebab lingkungan itu tidak akan berdaya
dalam mempengaruhi perkembangan anak.
Kemampuan berbahasa seorang anak
dapat dipengaruhi oleh beberapa fator intern diantaranya:
1. Faktor genetic
1. Faktor genetic
Adalah factor
gen dari kedua orangtua yang mendorong adanya suatu bakat yang muncul dari diri
manusia. Contohnya adalah Jika kedua orangtua anak itu adalah seorang penyanyi
maka anaknya memiliki bakat pembawaan sebagai seorang penyanyi yang
prosentasenya besar.
2. Faktor Kemampuan Anak
Adalah factor
yang menjadikan seorang anak mengetahui potensi yang terdapat dalam dirinya.
Faktor ini lebih nyata karena anak dapat mengembangkan potensi yang ada dalam
dirinya. Contohnya adalah Ketika ada kegiatan ekstra kulikuler pidato anak
tersebut tertarik untuk mengikuti guna mengembangkan bakat yang ada pada
dirinya.
3. Faktor pertumbuhan Anak
Adalah factor
yang mendorong anak mengetahui bakat dan minatnya di setiap pertumbuhan dan
perkembangan secara alami sehingga jika pertumbuhan anak itu normal maka dia
kan bersikap enerjik, aktif, dan responsive terhadap kemampuan yang dimiliki.
Sebaliknya, jika pertumbuhan anak tidak normal maka anak tersebut tidak bisa
mngenali bakat dan kemampuan yang dimiliki.
Dari ketiga faktor tersebut berpengaruh dalam perkembangan
serta kematangan pendidikan anak. Dengan faktor ini juga akan menimbulkan suatu
pendapat bahwa dapat mencipatakan masyarakat yang baik. Dengan ketiga faktor
tersebut, memunculkan beberapa tujuan dalam teori nativisme, dimana
dengan faktor-faktor yang telah disampaikan dapat menjadikan seseorang
yang mantap dan mempunyai kematangan yang bagus.
2.3
Kelebihan dan Kekurangan Teori Nativistik
a.
Kelebihan
1. Mampu memunculkan bakat yang
dimiliki
Dengan teori ini
diharapkan manusia bisa mengoptimalkann bakat yang dimiliki dikarenakan telah
mengetahui bakat yang bisa dikembangkannya. Dengan adanya hal ini, memudahkan
manusia mengembangkan sesuatu yang bisa berdampak besar terhadap kemajuan
dirinya.
2.Mendorong manusia mewujudkan diri
yang berkompetensi
Jadi dengan
teori ini diharapkan setiap manusia harus lebih kreatif dan inovatif dalam upaya
pengembangan bakat dan minat agar menjadi manusia yang berkompeten sehingga
bisa bersaing dengan orang lain dalam menghadapi tantangan zaman sekarang yang
semakin lama semakin dibutuhkan manusia yang mempunyai kompeten lebih unggul
daripada yang lain.
3.Mendorong manusia dalam menetukan
pilihan
Adanya teori ini
manusia bisa bersikap lebih bijaksana terhadap menentukan pilihannya, dan
apabila telah menentukan pilihannya manusia tersebut akan berkomitmen dan
berpegang teguh terhadap pilihannya tersebut dan meyakini bahwa sesuatu yang
dipilihnya adalh yang terbaik untuk dirinya.
4. Mendorong manusia untuk
mengembangkan potensi dari dalam diri seseorang.
Teori ini
dikemukakan untuk menjadikan manusia berperan aktif dalam pengembangan potensi
diri yang dimilii agar manusia itu memiliki ciri khas atau ciri khusus sebagai
jati diri manusia.
5. Mendorong manusia mengenali
bakat minat yang dimiliki
Dengan adanya
teori ini, maka manusia akan mudah mengenali bakat yang dimiliki, dengan artian
semakin dini manusia mengenali bakat yang dimiliki maka dengan hal itu manusia
dapat lebih memaksimalkan bakatnya sehingga bisa lebih optimal.
b.
Kekurangan
Teori ini
memiliki pandangan seolah-olah sifat-sifat manusia tidak bisa diubah karena
telah ditentukan oleh sifat-sifat turunannya. Bila dari keturunan baik maka
akan baik dan bila dari keturunan jahat maka akan menjadi jahat. Jadi sifat
manusia bersifat permanen tidak bisa diubah. Teori ini memandang pendidikan
sebagai suatu yang pesimistis serta mendeskreditkan golongan manusia yang
“kebetulan” memiliki keturunan yang tidak baik.
2.4
Bentuk-bentuk Implementasi dalam Pembelajaran
Implikasi teori
Nativisme terhadap pendidikan/pembelajaran yaitu kurang memberikan kemungkinan
bagi pendidik dalam upaya mengubah kepribadian peserta didik. Berdasarkan hal
itu peranan pendidikan atau sekolah sedikit sekali dapat dipertimbangkan untuk
dapat mengubah perkembangan peserta didik. Akan tetapi hal yang demikian justru
bertentangan dengan kenyataan yang kita hadapi, karena sudah ternyata sejak
zaman dahulu hingga sekarang orang berusaha mendidik generasi muda, karena
pendidikan itu hal yang dapat, perlu, bahkan harus dilakukan. Jadi konsepsi
Nativisme ini tidak dapat dipertahankan dan tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Para penganut aliran nativisme berpandangan bahwa bayi itu lahir sudah dengan pembawaan baik dan pembawaan buruk. Oleh karena itu, hasil akhir pendidikan ditentukan oleh pembawaan yang sudah dibawa sejak lahir. Berdasarkan pandangan ini, maka keberhasilan pendidikan ditentukan oleh anak didik itu sendiri. Ditekankan bahwa “yang jahat akan menjadi jahat, dan yang baik menjadi baik”. Pendidikan yang tidak sesuai dengan bakat dan pembawaan anak didik tidak akan berguna untuk perkembangan anak sendiri dalam proses belajarnya.
Para penganut aliran nativisme berpandangan bahwa bayi itu lahir sudah dengan pembawaan baik dan pembawaan buruk. Oleh karena itu, hasil akhir pendidikan ditentukan oleh pembawaan yang sudah dibawa sejak lahir. Berdasarkan pandangan ini, maka keberhasilan pendidikan ditentukan oleh anak didik itu sendiri. Ditekankan bahwa “yang jahat akan menjadi jahat, dan yang baik menjadi baik”. Pendidikan yang tidak sesuai dengan bakat dan pembawaan anak didik tidak akan berguna untuk perkembangan anak sendiri dalam proses belajarnya.
Bagi nativisme,
lingkungan sekitar tidak ada artinya sebab lingkungan tidak akan berdaya dalam
mempengaruhi perkembangan anak. Penganut pandangan ini menyatakan bahwa jika
anak memiliki pembawaan jahat maka dia akan menjadi jahat, sebaliknya apabila
mempunyai pembawaan baik, maka dia menjadi orang yang baik. Pembawaan buruk dan
pembawaan baik ini tidak dapat dirubah dari kekuatan luar.
2.5 Pengaruh dan Konsep Teori Nativisme dalam Praktek Pendidikan
Telah cukup banyak dibicarakan hal-ikhwal tentang
pendidikan, baik kaitannya dengan hakikat kehidupan manusia, maupun kaitannya
dengan kebudayaan sebagai produk dari proses pendidikan. Pada saat manusia
mengalami tahap perkembangan, baik secara fisik maupun rohaninya dalam proses
pendidikan, muncullah pertanyaan mendasar tentang faktor yang paling
berpengaruh terhadap perkembangan itu. Apakah faktor bakat dan kemampuan diri
manusia itu sendiri, atau faktor dari luar diri manusia, ataukah kedua-dunya
itu secara bersama-sama. Dari faktor pertamalah timbul teori yang disebut
sebagai teori nativisme. Nativisme berasal dari kata “nativus” artinya
pembawaan.
Teori nativisme dikenal juga dengan teori naturalisme atau
teori pesimisme. Teori ini berpendapat bahwa manusia itu mengalami
pertumbuhkembangan bukan karena faktor pendidikan dan intervensi lain diluar
manusia itu, melainkan ditentukan oleh bakat dan pembawaannya. Teori ini
berpendapat bahwa upaya pendidikan itu tidak ada gunanya dan tidak ada
hasilnya. Bahkan menurut teori ini pendidikan itu justru akan merusak perkembangan
anak. Pertumbuhkembangan anak tidak perlu diintervensi dengan upaya pendidikan,
agar pertumbuhkembangan anak terjadi secara wajar, alamiah, sesuai dengan
kodratnya.
Telah dibahas pada sebelumnya bahwa teori nativisme
berpendapat tentang perkembangan individu ditentukan oleh faktor bawaan sejak
lahir, serta faktor lingkungan kurang berpengaruh terhadap pendidikan dan
perkembangan anak. Menganalisis dari pendapat tersebut, anak yang dilahirkan
dengan bawaan yang baik akan mempunyai bakat yang baik juga begitu juga
sebaliknya. Faktor bawaan sangat dominan dalam menentukan keberhasilan belajar
atau pendidikan,. Faktor-faktor yang lainnya seperti lingkungan tidak
berpengaruh sama sekali dan hal itu juga tidak bisa diubah oleh kekuatan
pendidikan. Pendidikan yang diselenggarakan merupakan suatu usaha yang tidak
berdaya menurut teori tersebut, karena anak akan menetukan keberhasilan dengan
sendirinya bukan melalui sebuah usaha pendidikan. Walaupun dalam pendidikan
tersebut diterapkan dengan keras maupun secara lembut, anak akan tetap kembali kesifat
atau bakat dari bawaannya. Begitu juga dengan faktor lingkungan, sebab
lingkungan itu tidak akan berdaya mempengaruhi perkembangan anak.
Dalam teori nativisme telah ditegaskan bahwa sifat-sifat
yang dibawa dari lahir akan menentukan keadaannya. Hal ini dapat diklaim bahwa
unsur yang paling mempengaruhi perkembangan anak adalah unsure genetic individu
yang diturunkan dari orang tuanya. Dalam perkembangannya tersebut anak akan
berkembang dalam cara yang terpola sebagai contoh anak akan tumbuh cepat pada
masa bayi, berkurang pada masa anak, kemudian berkembang fisiknya dengan
maksimum pada masa remaja dan seterusnya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Teori nativisme
terbentuk sebagai bantahan terhadap teori behavioris.Nativisme berpendapat
bahwa dalam proses pemerolehan bahasa pertama, anak perlahan menggunakan
kemampuan lingualnya yang telah terprogram secara genetis. Sehingga menurut
para pakar teori ini, lingkungan tidak mempunyai pengaruh dalam proses
pemerolehan bahasa. Chomsky mengatakan bahwa bahasa terlalu kompleks untuk
dipelajari dalam waktu dekat melalui metode imitation.
3.2 Saran
Apa yang dijelaskan penulis dalam
makalah hanya sedikit tentang penjelasan Teori Belajar Bahasa. Oleh karena itu,
bagi para pembaca yang sudah membaca makalah ini diharapkan membaca sumber lain
yang berhubungan dengan materi Teori Belajar Bahasa. Khususnya mahasiswa
jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
·
Chaer,
abdul. Psikolinguistik. Jakarta : Rineka Cipta, 2009